Jumat, 16 Oktober 2009

LUKA KSATRIA



“Ka, mengapa sekarang kamu terlihat jauh, tidak akrab lagi dengan Vino?” Tanya Anjay, salah seorang teman dekat Luka.
”Huuuft...!” Luka hanya mendesah. ”Begitulah!” Sambungnya.

.........

Adalah Luka Ksatria, seorang remaja yang tinggal di asrama khusus karena mendapat beasiswa untuk melanjutkan sekolahnya. Di asrama itu dia sekamar dengan empat angota. Empat Serangkai adalah sebutan mereka. Luka telah tinggal di sana selama lima tahun, sedangkan Anjay, Nara dan Boim sudah tujuh tahun di asrama itu.

Asrama itu menampung dan menyekolahkan para remaja yang ingin melanjutkan sekolah namun orang tua mereka tidak mampu untuk membiayai. Luka sendiri adalah anak sebatang kara yang hanya memiliki seorang ibu di kampung. Ayahnya telah tiada.

”Vino dimana, Ka?” Tanya Boim pada suatu sore setelah mereka selesai mengaji. Asrama itu juga memberikan pembekalan agama.
”Aku tidak tahu.” Jawab Luka dingin.
”Kamu tidak tahu?” Tanya Boim lagi, ia terlihat heran.
Mereka terus berjalan meninggalkan surau. Luka memalingkan kepalanya dari Boim dan berpura pura tidak mendengar. Lalu Boim menarik pundak Luka.
”Boim, kumohon!” Luka berkata lirih sambil menatap mata Boim, sahabatnya itu dalam. ” Jangan pernah bertanya lagi padaku tentang Vino. Hatiku sakit sekali rasanya kalau mengingat dia.”
”Baiklah.”
Merekapun berlalu.

.........

Saat malam tampak kelam. Tak ada bintang terlihat di langit. Luka sedang duduk di atas kasurnya menulis cerpen. Ia memang hobi membuat puisi dan cerpen. Beberapa kali ia menghela nafas, tanda ia sedang berusaha menahan kesedihan. Ia kembali mengingat kenangan masa lalunya di tahun pertama tinggal di asrama itu.

Awalnya ia sangat senang bisa melanjutkan sekolahnya. Ia juga sangat bahagia karena mendapatkan dua orang kakak angkat. Saudara angkat yang sangat ia sayangi. Rere dan Andre adalah dua sosok kakak yang begitu berharga baginya. Sebagai anak tunggal tanpa ayah dengan ibu yang nyaris tak memperhatikannya karena harus bekerja keras setiap hari agar mereka mampu bertahan hidup, Luka menganggap mereka berharga sekali dan menyayangi mereka lebih dari sekedar saudara angkat.

Luka menjalani hari harinya dengan gembira. Prestasi di sekolah pun sangat gemilang. Luka berhasil mempertahankan peringkat pertama selama tiga tahun sekolah dan menjadi lulusan terbaik almamaternya dengan nilai ujian sempurna.

Rupanya, keceriaan itu tak berlangsung lama. Suatu ketika Andre menyatakan cinta pada Rere. Ia merasa teluka saat mengetahui hal itu. Ternyata diam diam mereka menjalin hubungan kasih, bukan persaudaraan. Ia merasa dibohongi. Ia merasa dibuang setelah status mereka berubah dari saudara angkat menjadi sepasang kekasih. Andre dan Rere pun berubah sikap padanya. Bahkan Rere seolah tak menyukai kedekatan Andre dengannya walau mengetahui mereka hanya saudara angkat. Luka sangat sedih. Luka merasa dikhianati padahal pada dasarnya mereka bukanlah siapa siapa.

Luka kemudian berubah menjadi pemurung yang emosian. Kata kata kasar yang dahulu tidak pernah sekalipun terdengar menjadi mudah meluncur dari lidahnya. Namun sesungguhnya, itu hanyalah topeng untuk menutupi kepedihan di hatinya. Tak ada yang mengetahui itu, tak ada yang mengerti kecuali Nara yang selalu menjadi tempat Luka mencurahkan beban dan berbagi bahagia.

Luka terus menerus menangisi nasibnya. Mengapa ia tak pernah bahagia. Mengapa hidupnya penuh bencana. Mengapa tak ada yang mau coba mengerti tentang keadaan yang ia rasakan.

Cukup lama Luka bergulat melawan kesedihan. Hatinya terasa perih karena letih. Luka mulai mencari pelampiasan. Ia ingin melarikan diri dari kenyataan. Banyak jalan pelarian yang telah ia tempuh. Luka mulai mencoba merokok, minuman keras hingga sex bebas. Padahal dia adalah duta anti narkoba yang telah mendapat penghargaan Most Powerfull Volunteer pada suatu LSM anti penyalahgunaan narkoba. Luka memulai rencana penghancuran diri yang bosan terus menderita. Ia berfikir lebih baik menikmati kebahagiaan semu daripada selalu menderita. Meskipun kenikmatan itu sesaat, meskipun kenikmatan itu semu. 

.........

Terkadang Luka masih menangisi apa yang telah ia alami selama ini. Baginya, ditinggalkan Andre sangat berat. Andre telah menjadi seseorang yang paling berharga dalam hidupnya. Tapi Andre telah membuangnya. Itu yang sangat ia sesalkan. Tidak pernah sekalipun Luka dapat tersenyum sekarang. Wajahnya selalu berduka. Tubuhnya kurus karena ia selalu memikirkan penderitaan yang sebenarnya sesuatu yang tidak perlu. Penderitaan kesendirian karena ditinggalkan Andre.

Luka lebih suka merenung, melamun daripada bergaul bersama teman temannya. Sampai pada suatu hari datanglah seorang anak laki laki yang akan tinggal di asrama itu. Dialah Vino.

Entah bagaimana Vino mampu meredam kesedihan Luka. Luka kembali menjadi bergairah untuk hidup. Luka dan Vino juga mulai terlihat akrab. Vino mampu membuat Luka tersenyum. Bahkan Vino bisa membuat Luka tertawa dengan tulus. Luka sedikit demi sedikit menjadi periang.

Kedekatan Luka dan Vino akhirnya menjadikan mereka saudara angkat. Vino menjadi adik angkat Luka karena usianya lebih muda tiga tahun. Luka pun menyayangi Vino sebagaimana ia sangat menyayangi Andre. Vino mengobati luka hati Luka. Vino berhasil mengeluarkan Luka dari kesendirian.




Bersambung

PUISI LAIN







0 PESAN UNTUK SANG PETUALANG CINTA: